Lampiran V : Petunjuk Teknis Pengelolaan Bijih Emas, Bijih Nikel, dan Bijih Timah Kadar Rendah

a. Pendahuluan

b. Pengertian

  • Mineral Emas Kadar Rendah yang selanjutnya disebut Bijih Emas Kadar Rendah adalah bijih yang memiliki kadar logam emas tertentu yang masih memiliki peluang untuk diusahakan secara ekonomis.

  • Mineral Nikel Kadar Rendah yang selanjutnya disebut Bijih Nikel Kadar Rendah adalah bijih nikel dengan kadar tertentu yang masih memiliki peluang untuk diusahakan secara ekonomis.

  • Mineral Timah Kadar Rendah yang selanjutnya disebut Bijih Timah Kadar Rendah adalah bijih yang memiliki kadar logam timah tertentu yang masih memiliki peluang untuk diusahakan secara ekonomis.

  • Cut Of Grade yang selanjutnya disingkat CoG adalah kadar rata-rata terendah suatu logam di dalam bijih yang apabila ditambang masih bernilai ekonomis.

  • Break Even Grade yang selanjutnya disingkat BEG adalah batas minimal kadar timah di dalam bijih timah yang masih bernilai ekonomis untuk ditambang.

  • Dilusi adalah masuknya material pengotor ke dalam bijih atau batubara pada kegiatan pertambangan.


c. Kriteria Bijih Emas, Bijih Nikel dan Bijih Timah Kadar Rendah

1-Bijih emas kadar rendah merupakan bijih yang mengandung logam emas sampai dengan kadar 20% (dua puluh persen) di bawah nilai CoG.

2-Bijih nikel kadar rendah merupakan bijih yang mengandung logam nikel sampai dengan kadar 20% (dua puluh persen) di bawah nilai CoG.

3-Bijih timah kadar rendah merupakan bijih yang mengandung logam timah sampai dengan kadar 20% (dua puluh persen) di bawah nilai BEG.

4- BEG untuk menyatakan kadar minimum penambangan bijih timah di mana perhitungan BEG ini identik dengan perhitungan CoG yang umum digunakan dalam penambangan endapan primer.

5-Penentuan nilai CoG bijih emas, CoG bijih nikel dan BEG bijih timah kadar rendah paling sedikit perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

  • a. Kadar logam komoditas utama di dalam bijih;

  • b. Tipe deposit mineral logam komoditas utama;

  • c. Karakteristik bijih;

  • d. Teknologi pengolahan;

  • e. Metode penambangan;

  • f. Biaya Produksi;

  • g. Sensitivitas harga, dan

  • h. Nilai keekonomian

6-Setiap pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi komoditas emas, komoditas nikel dan komoditas timah menentukan batas BEG/COG terhadap bijih yang akan ditambang.


d. Pengelolaan Bijih Emas, Bijih Nikel dan Bijih Timah Kadar Rendah

1-Pengelolaan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dilakukan pada tahap eksplorasi dan pada tahap operasi produksi.

2-Pengelolaan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dilakukan pada tahap eksplorasi paling sedikit meliputi:

  • a. Pendataan sebaran keterdapatan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah,

  • b. Pendataan sebaran kadar logam emas, nikel dan timah:

  • c. Pendataan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dalam estimasi sumberdaya dan/atau:

  • d. Upaya optimalisasi pengelolaan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dalam kriteria penetapan cadangan pada saat penyusunan studi kelayakan.

3-Pendataan sebaran keterdapatan dilakukan untuk mendapatkan informasi paling sedikit meliputi lokasi, kedalaman, dimensi, dan jenis endapan.

4-Pendataan sebaran kadar dilakukan untuk mendapatkan informasi model/pola penyebaran bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah. Hasil pendataan sebaran keterdapatan dan sebaran bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah disajikan dalam bentuk tabel dan peta sebaran bijih emas, bijih nikel dan bijih timah emas kadar rendah.

5-Pendataan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dalam estimasi sumberdaya dilakukan untuk mendapatkan informasi potensi bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah menjadi sumberdaya. Bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah yang dapat diestimasi menjadi sumberdaya dapat dioptimalisasi sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku. Jika bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah saat ini bernilai sub ekonomis dan memiliki peluang untuk diusahakan, dapat diklasifikasikan sebagai sumberdaya. Hal ini dapat diterapkan untuk mineralisasi insitu kadar rendah atau disebut sebagai mineralized waste.

6-Upaya optimalisasi bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dalam kriteria cadangan dapat dilakukan pada penyusunan studi kelayakan sesuai dengan ketentuan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku. Jika dalam studi tekno ekonomi menunjukan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dapat diekstraksi secara ekonomis, bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dapat diklasifikasikan sebagai cadangan.

7-Pengelolaan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah tertambang dilakukan pada kegiatan operasi produksi paling sedikit meliputi:

  • a. Pendataan tonase, tipe dan kadar:

  • b. Penempatan khusus dengan cara penimbunan (stockpile): dan

  • c. Upaya pengendalian terjadinya penurunan tonase dan kadar.

8-Pendataan tonase dilakukan dengan menghitung berat atau volume bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah yang tertambang. Perhitungan berat atau volume dapat dilakukan metode survei, dan/atau metode truck count.

9-Pendataan tipe dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai jenis endapan. Jenis endapan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah dapat dibedakan berdasarkan tipe deposit/proses terbentuknya.

10-Pendataan kadar dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai banyaknya logam emas, nikel dan timah dalam bijih. Pendataan kadar dilakukan berdasarkan analisis laboratorium.

11-Hasil pendataan tonase, tipe, dan kadar bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dicantumkan dalam laporan berkala konservasi mineral dan batubara.

12-Penempatan khusus dengan cara penimbunan (stockpile) dilakukan dengan menimbun bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah yang tertambang pada lokasi yang telah direncanakan.

13-Lokasi tempat penimbunan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah paling sedikit memenuhi kriteria :

  • a. Daya dukung untuk material yang ditimbun dan alat yang digunakan;

  • b. Luas sesuai dengan kapasitas yang direncanakan;

  • c. Dilengkapi dengan sistem penyaliran;

  • d. Jenis dan ketebalan material bedding;

  • e. Daerah yang stabil;

  • f. Bukan daerah banjir;

  • g. Bukan diatas cadangan, dan

  • h. Akses sesuai alat yang digunakan.

14-Penimbunan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah paling sedikit memiliki:

  • a. Tata cara baku penumpukan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah,

  • b. Penanggung jawab untuk tempat timbunan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah: dan

  • c. Memiliki desain yang telah dibuat dengan memperhatikan ketinggian, kemiringan (slope), dan kapasitas timbunan.

15-Upaya pengendalian terjadinya penurunan tonase dan kadar dilakukan untuk menjaga agar timbunan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah tidak mengalami pengurangan berat atau volume maupun penurunan kadar logam dalam bijih.

16-Pengendalian penurunan tonase pada timbunan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dilakukan dengan:

  • a. Membuat tanggul di sekeliling timbunan untuk mencegah material longsor,

  • b. Membuat penyaliran untuk mengendalikan erosi akibat aliran air: dan

  • c. Mencegah penurunan permukaan tanah timbunan.

17-Pengendalian penurunan kadar pada timbunan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dilakukan dengan:

  • a. Tidak mencampur timbunan dengan material tanah/batuan penutup,

  • b. Mencegah masuknya sedimen ke dalam lokasi timbunan,

  • c. Melakukan pemantauan kadar dengan menganalisis conto di laboratorium secara berkala sekurang-kurangnya 6 bulan sekali: dan

  • d. Membuat dasar timbunan dari bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah untuk mencegah material terkontaminasi langsung dengan tanah.


e. Pemanfaatan Bijih Emas, Bijih Nikel dan Bijih Timah Kadar Rendah

1. Pemanfaatan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah pada tahap Operasi Produksi dapat dilakukan dengan:

a. Upaya meningkatkan kadar dengan cara pencampuran bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dengan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar lain;

Pencampuran bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dengan kadar tinggi menjadi alternatif yang paling sederhana dalam upaya pemanfaatan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah yang tertambang. Namun, perlu menjadi perhatian jika upaya meningkatkan kadar dengan cara pencampuran bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dengan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar lain dapat berpengaruh pada hasil recovery pengolahan yang akan menurun seiring dengan adanya pencampuran dengan kadar rendah.

b. Pengolahan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah berdasarkan ketersediaan teknologi.

1) Upaya pengolahan bijih emas kadar rendah perlu dipertimbangkan karakteristik bijih dan karakteristik metalurginya. Misal untuk bijih emas tipe oksida dan transisi dilakukan pengolahan misalnya milling dan leaching. Untuk bijih tipe sulfida atau refractory perlu dikaji inovasi teknologi terbaru yang dapat mengolah bijih tersebut;

2) Upaya pengolahan bijih nikel kadar rendah berdasarkan ketersediaan teknologi dapat dilakukan dengan metode leaching;

3) Upaya pengolahan bijih timah kadar rendah berdasarkan ketersediaan teknologi dengan:

  • a) Melakukan upgrading teknologi pengolahan bijih timah kadar rendah,

  • b) Melakukan penelitian dalam rangka pemanfaatan bijih timah kadar rendah dari sisa hasil pengolahan.


2. Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi memiliki timbunan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah yang belum dimanfaatkan dengan kondisi:

  • a. Belum memiliki penjadwalan pengolahan dalam studi kelayakan:

  • b. Volume timbunan telah mencapai maksimum 3/4 (tiga perempat) dari kapasitas total timbunan: dan/atau

  • c. Akan memasuki pascatambang paling lama 3 (tiga) tahun sebelum umur tambang atau izin tahap operasi produksi berakhir,

pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi menyampaikan kajian teknis pertambangan aspek konservasi dalam laporan khusus untuk mengetahui rencana pemanfaatan.

3. Pemanfaatan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah yang belum tertambang pada tahap operasi produksi dapat dilakukan dengan memperhitungkan keberadaan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah dalam optimasi cadangan termasuk penjadwalan penambangan.

4. Timbunan bijih emas, bijih nikel dan bijih timah kadar rendah yang tidak dapat dimanfaatkan maka dilakukan perencanaan untuk direklamasi dan dicantumkan dalam rencana reklamasi atau rencana pascatambang.


f. Penutup